List News

Donggala – Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitulmaal Muamalat (BMM) melalui program Bangun Desa Unggul (BDU) di Desa Marana Kavaya Kecamatan Sindue Kab. Donggala Sulawesi Tengah kembali mengoptimalkan potensi alamnya dalam mengolah buah kelapa yang menjadi komoditas unggulan daerah dengan melakukan diversifikasi produk olahan kelapa.

Produk olahan kelapa yang baru dilakukan anggota kelompok usaha yaitu minyak kelapa kampung dan Virgin Coconut Oil atau VCO. Kegiatan produksi dilakukan sebanyak 3 kali dimulai pada tanggal 4 juli 2023 sampai 22 Juli 2023.

Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai upaya pendampingan pendayagunaan BMM bersama anggota kelompok usaha binaan untuk memvariasikan jenis produk olahan kelapa sebagai solusi alternatif dari masalah turunnya harga kopra putih dan arang yang dihadapi para petani kelapa saat ini khususnya di Donggala.

Diversifikasi produk ini juga sebagai upaya anggota kelompok usaha untuk tetap produktif disaat mahalnya bahan baku akibat persaingan pasar serta mengurangi potensi kerugian karena hanya mengandalkan suatu produk saja. Karena telah memiliki beragam produk, diharapkan dari kegiatan ini juga nantinya dapat meningkatkan keuntungan bagi anggota kelompok usaha dalam mengolah bahan baku kelapa.

Perlu diketahui bahwa saat ini harga bahan baku kelapa sangat tinggi karena dipengaruhi mahalnya harga ekspor kelapa gelondongan yang tidak berbanding dengan harga jual kopra putih yang menjadi produk andalan program pemberdayaan BDU Desa marana kavaya. Akibatnya pengusaha kopra putih di Donggala tak terkecuali anggota kelompok usaha BMM belum bisa melakukan produksi kopra putih sehingga diversifikasi produk olahan kelapa dirasa adalah solusi yang tepat.

Irsan selaku pendamping pemberdayaan ekonomi BMM yang ditugaskan di Desa Marana Kavaya menyampaikan bahwa pentingnya memvariasikan produk usaha agar para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak hanya bergantung pada satu atau dua produk saja.

“Saat ini sangat sulit anggota kelompok usaha menemukan harga bahan baku yang murah, itu karena harga bahan baku kelapa saat ini sedang mengalami kenaikan akibat mahalnya harga ekspor kelapa kupas setengah/gelondongan. Belum lagi para petani di Donggala ini memiliki hutang kepada para tengkulak, sehingga mereka tidak bisa menjual kelapanya selain kepada para tengkulak. Anggota kelompok usaha yang memiliki modal terbatas agar bisa mendapatkan banyak kelapa untuk produksi kopra putih biasanya hanya membeli dari para tengkulak tadi yang tentu harnya sedikit lebih mahal. Ditambah lagi harga kopra putih saat ini mengalami penurunan harga di pasaran. Dari masalah-masalah ini, sangat penting bagi anggota kelompok tidak hanya bergantung pada kopra putih saja, perlu langkah lain yang lebih cerdas untuk tetap bisa produktif dengan membuat produk baru,” Tutupnya.

Tags:

Share: